DKPP Sumenep Luncurkan Festival Tete Masa Nabur Belta, Simbol Kebangkitan Desa dari Sawah Sendiri

SUMENEP, updatejatim.net – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, gencarkan swasembada pangan melalui Festival Tete Masa Nabur Belta di Kecamatan Saronggi.

Camat Saronggi, Arman Mustofa, mengatakan bahwa festival ini merupakan langkah nyata untuk menjawab tantangan modernisasi yang kerap menjauhkan masyarakat, terutama generasi muda dari dunia pertanian.

Menurutnya, tradisi menanam bersama yang dikenal masyarakat setempat sebagai Tete Masa Nabur bukan sekadar aktivitas musim tanam, tetapi cerminan filosofi hidup berdikari dari tanah sendiri.

“Kami ingin dikenal bukan hanya lewat sejarahnya, tapi karena keberaniannya menjaga akar dan menumbuhkan harapan baru dari sawah,” ujarnya. Selasa 15 Juli 2025

“Festival ini melibatkan berbagai unsur masyarakat, mulai dari pelajar, santri, pemuda karang taruna, OPD, hingga komunitas perempuan tani,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala DKPP Kabupaten Sumenep, Ainur Rasyid, menyampaikan bahwa bertani bukan pekerjaan rendahan. Bertani hari ini perlu pengetahuan, teknologi, dan cinta terhadap tanah. Anak-anak muda Saronggi harus bangga jadi pelanjut perjuangan ini,” ungkapnya.

Festival ini, sambung dia, turut dijadikan momentum untuk mendeklarasikan gerakan belta menanam, yakni komitmen tahunan warga dan pemerintah kecamatan untuk menjaga minimal 90% lahan sawah tetap produktif dan tidak dialihfungsikan hingga lima tahun ke depan.

“Ini bukan sekadar festival, ini adalah panggilan. Jika kita ingin desa maju, jangan lupakan sawah. Jika ingin Sumenep sejahtera, jangan tinggalkan petani,” tegasnya.

Tidak hanya itu, Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim, menegaskan pendekatan festival edukatif ini adalah bagian dari strategi jangka panjang Kecamatan Saronggi untuk mempersiapkan regenerasi petani dan mendorong pertanian berkelanjutan berbasis masyarakat.

“Kami tidak ingin petani hilang karena tidak ada yang mewarisi ilmunya. Festival ini adalah awal dari gerakan jangka panjang yang akan kita lanjutkan dengan pelatihan, pendampingan, dan inkubasi petani muda,” tutupnya.

Dengan semangat gotong royong dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal, Festival Tete Masa Nabur Belta diyakini akan menjadi agenda tahunan yang bukan hanya mengangkat nama Saronggi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kecamatan lain dalam membangun desa dari akar budayanya.(DieBM)