Sekolah Rakyat Jadi Proyek Percontohan, Disdik Sumenep Rekrut Guru Visioner untuk Cetak Generasi Pinggiran

Foto: gedung Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep

SUMENEP, updatejatim.net – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tengah menyiapkan sebuah lompatan kebijakan melalui Sekolah Rakyat (SR).

Proyek ini diproyeksikan menjadi percontohan nasional untuk pendidikan berbasis akar rumput sebuah upaya menjawab kebutuhan kelompok masyarakat yang selama ini tersisih dari layanan pendidikan konvensional.

Sebagai langkah awal, Disdik Sumenep tengah menyiapkan 30 calon guru visioner. Mereka bukan sekadar pengajar, melainkan akan menjadi penggerak perubahan di ruang-ruang kelas yang dibangun di tengah keterbatasan.

“SR ini bukan lembaga darurat, tapi embrio pendidikan masa depan. Karena itu, kita selektif menyiapkan sumber daya manusianya,” kata Kepala Disdik Sumenep, Agus Dwi Saputra. Senin 14 Juli 2025

Untuk jenjang SD, lanjut dia, sebanyak 10 calon guru telah disiapkan meskipun estimasi kebutuhan hanya 5–6 orang. Ini menunjukkan pendekatan antisipatif yang diterapkan Disdik.

“Kami ingin setiap posisi punya cadangan. Formasi meliputi kepala sekolah, guru kelas, guru olahraga, guru PAI, hingga guru BK,” jelas Agus.

Ia menegaskan, lebih kompleks untuk jenjang SMP, sebanyak 20 calon guru disiapkan guna menghadapi tantangan pengajaran berbagai bidang studi. Mereka nantinya akan dilatih untuk tidak hanya menguasai materi, tapi juga memiliki kemampuan manajerial dan sosial, termasuk dalam membangun kedekatan dengan siswa dari latar belakang keluarga rentan.

“Saat ini, proses belajar SR masih berlangsung di fasilitas sementara di Gedung SKD Batuan. Namun, arah kebijakan jangka panjang sudah disiapkan: sebuah kawasan pendidikan terpadu akan dibangun di atas lahan 10 hektar di Desa Patean, Kecamatan Batuan. Lokasi ini dipilih karena strategis dan relatif mudah diakses dari wilayah-wilayah penyangga,” tegasnya.

Yang menarik, ia menyatakan, SR bukan hanya soal bangku dan papan tulis. Dalam perencanaannya, SR akan mengintegrasikan unsur pendidikan lingkungan, keterampilan hidup, dan nilai-nilai lokal seperti gotong royong, toleransi, serta kecintaan terhadap budaya Madura.

“Guru-guru yang kami siapkan akan dibekali pendekatan kontekstual. Di SR, belajar bukan soal nilai, tapi bagaimana hidup berdampingan, berpikir kritis, dan peduli pada sesama,” tambahnya.

Meski regulasi teknis dari pemerintah pusat masih ditunggu, Sumenep telah bergerak cepat. Koordinasi lintas instansi juga tengah berlangsung untuk memastikan SR tidak berjalan setengah hati.

“Bahkan beberapa perguruan tinggi direncanakan akan dilibatkan dalam proses pelatihan guru dan evaluasi kurikulum,” pungkasnya.(DieBM)